Sepenggal Kisah Tentang #RumahGerobak
Pada awal minggu ini, salah satu Koordinator Kota @PagiBerbagi tepatnya di kota #Solo yaitu mbak Arin Aristia mendapatkan kabar dari rekannya tentang suatu keluarga yang hidup kekurangan di jantung Kota Solo. Kabar tersebut kemudian ditindaklanjuti, bersama mbak Rayi Muninggar mereka berdua pergi ke lokasi dan mendapatkan kisah yang menggetarkan hati.
Di Belakang Stadion Sri Wedari Solo, disitulah Tempat Ibu Marni dan Pak Wiyono tinggal bersama lima orang anaknya. Jauh dari bayangan sebuah rumah tinggal yang layak, keluarga yang cukup besar ini tinggal dalam keadaan yang memprihatinkan. Ada sebuah tanah lapang, dimana terdapat semacam pipa PDAM tempat Bu Marni dan keluarga diijinkan tinggal disana.
Tidak ada rumah yang berdiri disana, yang ada hanyalah sebuah gerobak tua yang sempit, mungkin hanya cukup untuk tidur 2 orang berusia kanak-kanak. Di tempat itulah tinggal Bu Marni, Pak Wiryono, dan kelima anaknya (1 laki-laki berusia SMP, 2 orang perempuan berusia SD, 1 orang laki-laki berusia SD dan 1 bayi berumur 20 hari).
Hanya anak-anak kecilnya yang berteduh di dalam gerobak, sisanya tidur beralaskan langit. Semua terasa makin mengusik hati ketika harus membayangkan apa yang keluarga mereka lakukan jika hari dilanda hujan. Terkadang mereka menumpang tidur di Emperan Toko. Sebuah keadaan yang sangat jauh dari pengalaman hidup kita selama ini.
Pak Wiyono bekerja sebagai tukang becak, dan Bu Marni sendiri tidak bekerja karena baru saja melahirkan. Pekerjaan Pak Wiyono tidak pasti mendatangkan uang setiap harinya, apalagi harus dibagi untuk 7 kepala.
Pak Wiyono bertutur kepada rekan kami “Yaa Mbak, Kulo Mbecak kadang angsal, nanging nggih kadang mboten angsal. Nggih gresek-gresek Mbak,Nopo ingkang saged dilakoni nggih kulo lakoni.. lha pripun, niki sedoyo titipanipun Sing Kuoso”
(Ya Mbak, saya menarik becak kadang dapat penghasilan, kadang juga tidak. Ya tetap berusaha apapun juga mbak, apapun yang bisa saya kerjakan ya saya siap kerjakan, bagaimana lagi karena ini semua titipan dari Yang Maha Kuasa)
“Sekolah kulo nggih pados ingkang mirah, pripun malih kulo namung Mbecak”
(Sekolah [untuk anak-anak] saya juga cari yang murah, bagaimana lagi saya juga hanya [bekerja] menarik Becak)
Tapi hal penting yang kami sangat salut dari Pak Wiyono, beliau sangat berkomitmen untuk pendidikan anak-anaknya meskipun penghasilannya tidak menentu. Tiap bulan beliau membayar SPP untuk anaknya yang bersekolah usia SMP sebesar 80.000 , untuk anaknya yang di usia SD masing masing 20.000 + uang tabungan untuk membayar ujian dan biaya les untuk anak lelaki kelas 1 SD sebesar 10.000. Belum termasuk biaya hidup lainnya.
Suatu hal yang sangat mengusik hati, dimana kadang kita kurang bersyukur dan masih sering mengeluh tentang hidup kita. Dimana kadang kita juga lupa bagaimana perjuangan orang tua kita yang setengah mati berjuang demi pendidikan dan masa depan kita. Seperti halnya Pak Wiyono yang walaupun hidup prihatin, masih ingin anaknya juga tidak hanya belajar di bangku sekolah namun juga bisa mengikuti les pelajaran diluar jam sekolah.
Kami dari tim @PagiBerbagi mengetuk pintu hati sahabat-sahabat sekalian untuk Bergerak dan ACTION! membantu memberikan #Donasi dalam program #RumahGerobak untuk Bu Marni dan Pak Wiyono.
Donasi yang dikumpulkan akan disalurkan untuk perbaikan keadaan tempat tinggal #RumahGerobak Bu Marni dan Pak Wiyono serta untuk pembuatan Gerobak baru beserta isinya untuk modal berjualan Bu Marni dan keluarganya. Serta akan disalurkan juga untuk membantu biaya pendidikan anak-anak Bu Marni dan Pak Wiyono.
Donasi dapat disalurkan via
Mandiri 1380009929048 an Arin Aristia
BCA 8610196188 an Gamma Wahyu Perdana
konfirmasi donasi dapat menghubungi 089671554499 (Arin)
Mari Syukuri apa yang kita miliki selama ini dengan #Berbagi
Kami sadar bahwa ada banyak Bu Marni dan Pak Wiyono lain di sekeliling kita
oleh karens itu kami mengajak anda, para sahabat kami untuk bergerak bersama untuk membantu mereka para saudara kita yang kurang beruntung
Dari Hati untuk #IndonesiaBerbagi
Salam dari tim @PagiBerbagi